Rabu, 06 Oktober 2010

Burgerkill

Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, scenester dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side project yang tidak punya juntrungan, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.

Disekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album perdana mereka dengan title "Dua Sisi" dan 5000 kaset yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, band ini juga merilis single "Everlasting Hope Never Ending Pain" lewat kompilasi "Ticket To Ride", sebuah album yang benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung. Band yang beratribut dengan aliran Death Metal dengan sentuhan Hardcore ini terkenal di Australia.

formasi mereka :
Vicky : Vokal



  Ebens : Guitar


Agung : Guitar



 Ramdan : Bass


Andris : Drum

Selasa, 05 Oktober 2010

Geliat Musik Metal di Indonesia

Di Indonesia, musik “Metal” atau yang sering disebut musik beraliran keras, bisa dikatakan sebagai musik yang bergerak di bawah tanah dan lazim disebut musik underground. bagaimana tidak, band-band metal selalu dikesampingakan sebagai band biang kerusuhan, keonaran, berisik, lirik yang kasar, dll.
Tetapi sejatinya tidaklah demikian. walaupun musik metal berisik, tetapi tetap mengikuti progresi nada-nada yang layak untuk dinikmati. dan lirik-lirik yang disuarakan merupakan bentuk ekspresi yang wajar dan jujur. kritik sosial, politik, tentang Tuhan, cinta, dan makna-makna yang sesungguhnya sangat menyntuk jika disimak.
Produser musik seolah enggan untuk mengorbitkan band-band metal. mereka takut tidak akan meraih keuntungan atau bahkan merugi karena band-band yang membawakan musik metal tidak ada nilai komersilnya. maka tak heran band-band metal selalu bergerak sendiri (Independent) untuk memproduseri dan mempromosikan lagu-lagu yang dibawakannya.
Memang harus diakui, band-band metal di indonesia “Relatif” susah untuk meraih simpati masyarakat luas pecinta musik. karena biasanya musik mereka hanya didengarkan oleh orang-orang tertentu (segmented) yang mempunyai selera dan mengerti musik metal sesungguhnya.
Tetapi lihatlah band-band metal di luar negeri (Amerika khususnya) yang sangat bebas memainkan musik mereka namun tetap laris dari sisi komersilnya. Slipknot adalah contohnya. bagaimana band ini sangat dipuja oleh pecinta musik dunia termasuk ndonesia, walaupun musik mereka “sama berisiknya” dengan band-band metal lainnya.
Yah, itu kan d amerika mas… indonesia kan beda.
Tetapi, akhir-akhir ini, band-band metal di indonesia mulai menggeliat dan “muncul dari bawah” tanah untuk meramaikan persainagan dengan band-band mainstream di indonesia… Koil, Burger Kill, Tengkorak, adalah beberapa band metal indonesia yang mulai mendapat apresiasi pecinta musik indonesia secara luas…